PENGARUH SINETRON PUTIH ABU-ABU TERHADAP
PERILAKU DAN GAYA BAHASA REMAJA
Proposal Penelitian
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Mid Semester
dalam Mata Kuliah
Metode Penelitian Media
Semester V Jurusan KPI
Tahun Akademik 2012/2013
Oleh
YULIA EVANI SOLDINA
BP. 210 070
Dosen Pembimbing :
Mulyanti Syas, S. Sos.
M. Si.
JURUSAN KOMUNIKASI
PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1433 H/2012 M
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media adalah alat atau sarana yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada
beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, media
yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindra manusia, seperti mata
dan telinga. Pesan-pesan yang diterima pancaindra selanjutnya diproses dalam
pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu,
sebelum dinyatakan dalam tindakan. (Hafied Cangara, 1998: 123)
“Media massa” merujuk pada alat
atau cara terorganisasi untuk berkomunikasi secara terbuka dan dalam jarak jauh
kepada banyak orang (khalayak) dalam jarak waktu yang ringkas. Media massa
bukan sekedar alat semata-mata, melainkan juga institusionalisasi dalam
masyarakat sehingga terjadi proses pengaturan terhadap alat itu oleh warga
masyarakat melalui kebebasan yang ada maupun melalui kesepakatan-kesepakatan
lain. (Nurani Soyomukti, 2010: 198)
Media massa pada dasarnya dapat
dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media massa
elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah
surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria
media massa adalah radio siaran, televisi,
film, dan media on-line (internet). (Elvinaro Ardianto, dkk, 2009: 103)
Salah satu dari media massa yang
semakin mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang adalah televisi.
Televisi sangat banyak menyita perhatian masyarakat tanpa mengenal usia,
pekerjaan, tempat tinggal, maupun pendidikan. Televisi memiliki sejumlah
kelebihan, terutama kemampuannya dalam menyatukan antarfungsi audio dan visual,
ditambah dengan kemampuannya memainkan warna. Penonton leluasa menentukan
saluran mana yang mereka senangi. (Hafied Cangara, 1998: 142)
Gaya hidup yang semakin berkembang
di masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya yang berasal dari
media massa, khususnya televisi. Televisi merupakan media massa elektronik yang
paling banyak diminati oleh masyarakat. Televisi dapat memberikan pengaruh
besar terhadap pengetahuan, motivasi, dan sikap serta perilaku penontonnya.Televisi
memiliki kekhasan sendiri dalam penyajian programnya, guna menarik perhatian
khalayak untuk menyaksikan acara yang ditayangkan. Dibandingkan dengan media
komunikasi lain, televisi dapat memberi pengaruh yang lebih kuat dibandingkan
dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual yang
dimiliki oleh televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan penikmatnya.Pada saat
ini, televisi mulai menampilkan acara-acara yang semakin menarik perhatian dan
memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat, khususnya bagi remaja. Seperti
semakin banyaknya sinetron, film televisi, program musik, kuis-kuis, maupun
film laga yang diproduksi oleh berbagai stasiun televisi.
Kebebasan bermedia melahirkan
format baru dalam dunia pertelevisian sehingga acara-acara yang disuguhkan pun
semakin beragam. Keragaman tersebut dapat dilihat mulai dari program berita
hingga sinetron-sinetron remaja. Hampir keseluruhan acara tersebut ditujukan
untuk menghibur pemirsa, bahkan untuk suguhan berita sekalipun. Tidak
terkecuali bagi remaja usia sekolah, mereka juga mendapatkan banyak pilihan
acara.
Media massa secara pasti
mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini publik
untuk membawanya pada perubahan yang signifikan. Dominick (2000) menyebutkan
tentang dampak komunikasi massa pada pengetahuan, persepsi, dan sikap
orang-orang. Media massa, terutama televisi, yang menjadi agen sosialisasi
(penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap,
persepsi, dan kepercayaan. (Elvinaro Ardianto, dkk, 2009: 58-59)
Berbagai macam siaran televisi
berusaha menampilkan tayangan-tayangan yang mempunyai konsep baru untuk menarik
perhatian masyarakat. Aspek positifnya dari televisi itu memang banyak yang
dapat diambil, namun aspek negatifnya juga harus diwaspadai. Karena efek dari
media televisi pada hari ini bisa menimbulkan pergeseran nilai, bila pergeseran
itu sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, tentu tidak akan
menjadi masalah, tetapi apabila pergeseran itu menimbulkan masalah yang besar
tentu harus diwaspadai.
Schramm, Lyle, dan Parker (1961)
menunjukkan dengan cermat bagaimana kehadiran televisi telah mengurangi waktu
bermain , tidur, membaca, dan menonton film pada sebuah kota di Amerika.
Penelitian yang hampir sama telah dilakukan di Inggris, Norwegia, dan Jepang.
Semuanya menunjukkan gejala yang disebut Joyce Crmond (1976) sebagai “displacement effects” (efek alihan),
yang ia definisikan sebagai “reorganisasi kegiatan yang terjadi karena masuknya
televisi, beberapa kegiatan dikurangi dan beberapa kegiatan lainnya dihentikan
sama sekali karena waktunya dipakai untuk menonton televisi”. (Jalaluddin Rakhmat,
2007: 221)
Televisi merupakan alat komunikasi
yang modern, yang berfungsi untuk menyiarkan berita atau informasi-informasi
yang bisa dilihat oleh masyarakat secara luas yang tidak dapat melihatnya
secara langsung.Tapi kini televisi tidak menyiarkan berita atau
informasi-informasi saja, pada era globalisasi ini banyak stasiun-stasiun
televisi yang menyiarkan sinetron, yang mana sinetron ini tidak selalu membawa
dampak positif saja, tetapi bisa juga membawa dampak negatif.
Pengaruh tayangan televisi yang disaksikan
tidak hanya sewaktu, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama, misalnya
peniruan terhadap cara berpakaian atau model rambut. Hal ini disebut imitasi.
Kategori penonton yang mudah terpengaruh itu biasanya adalah anak-anak dan
generasi muda, meski kadang-kadang orang dewasa pun ada. Apabila hanya cara
berpakaian yang banyak ditiru oleh penonton, tentu tidak masalah. Tetapi, bila yang ditiru adalah cara hidup yang tidak
sesuai dengan norma budaya, tentunya akan menimbulkan masalah. (Elvinaro Ardianto,
dkk, 2009: 147)
Pada saat ini, semua
stasiun-stasiun televisi yang ada berusaha dan saling berlomba untuk
memproduksi tayangan-tayangan yang menarik perhatian masyarakat dengan
konsep-konsep baru, yang kemudian dapat membuat penonton suka, menirukan, dan
mengikuti adegan-adegan yang ditampilkannya. Tayangan televisi tersebut pada
umumnya dapat mempengaruhi sikap, pandangan, dan perasaan para pemirsanya.
Tayangan televisi yang banyak ditampilkan umumnya merupakan tayangan-tayangan
yang penuh dengan khayalan dan cerita fiktif belaka.
Dalam dunia pertelevisian, sinetron
salah satu bagian dari bentuk tayangan yang berisi cerita panjang dan
bersambung. Sinetron dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat dipahami sebagai
singkatan dari sinema elektronik yang
artinya film gambar hidup. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa
sinetron merupakan istilah untuk produksi perfileman yang berdurasi pendek, di
mana di dalamnya terdapat gambaran mengenai isi, tujuan, dan proses dari alur
ceritanya.
Kini para remaja sangat mudah
sekali untuk mengikuti gaya hidup dari sinetron yang disiarkan oleh stasiun
televisi. Cara berperilaku dan berbicara
yang ditampilkan akan mudah diterima dan diingat oleh remaja. Sehingga mereka
dengan leluasa dapat menirukan, bahkan semakin menyebarkan hal baru yang mereka
dapatkan dari sinetron ini. Ditambah lagi dengan pemilihan para pemain yang
memiliki wajah serta kemampuan acting yang baik, akan semakin membuat remaja
tertarik untuk mengikuti ceritanya.
Pada beberapa waktu belakangan ini,
terdapat salah satu tayangan sinetron remaja “Putih Abu-Abu” yang disajikan
oleh Surya Citra Televisi (SCTV). Sinetron ini berhasil menyita sebagian besar
perhatian pemirsa, khususnya remaja usia sekolah SMP dan SMA. Sinetron ini
dibuat ratusan episode yang bertujuan untuk menghibur dengan cerita seputar
kehidupan remaja yang intrik dengan cinta segitiga. Adegan dan bahasa
yang digunakan dalam sinetron ini disesuaikan
dengan kehidupan para remaja saat ini.
Tidak dapat disangkal, penggunaan
kata-kata seperti “kamseupay”, “ewww”,
“enelan, ciyuz, miapah”, “rakyat jelata”, “beib”, “rakjel”, “mau tau
aja ato mau tau banget?”, “kowawa”, “matemacinta”, “menurut
ngana”, “romeobilang”, “unyu”, “kepo”, “cimit-cimitku”,
“terus, gw harus bilang WAOW gitu?”, “babybaby-balabala” sering
terdengar dari percakapan yang terjadi di antara remaja saat ini.Kata-kata ini
menjadi trend oleh remaja karena mereka menyaksikan tayangan sinetron yang
disuguhkan dan dikemas dalam tampilan yang menarik. Di mana, semakin hari semakin
banyak remaja yang meniru perilaku yang ditayangkan oleh stasiun televisi.
Berdasarkan contoh di atas,
terlihat bagaimana besar minat remaja dalam mengikuti setiap cerita yang
membuat mereka menirukan bahasa-bahasa baru yang didapatkan dari sinetron Putih
Abu-Abu ini. Tidak hanya dalam hal gaya bahasa, tetapi kebiasaan-kebiasaan
tokoh yang diidolakannya dalam sinetron itu juga mulai ditiru oleh remaja yang
mengikuti alur cerita dari sinetron ini, seperti meniru gaya rambut, pakaian,
maupun cara bicara idola mereka dalam sebuah film.
Fakta mengenai keadaan seperti
ini, menggugah keingintahuan penulis mengenai tujuan dan maksud dari perilaku
meniru tayangan sinetron itu sendiri oleh para remaja. Penulis beranggapan
bahwa tayangan sinetron Putih Abu-Abu menyebabkan banyak remaja yang meniru
cara berperilaku dan berbicara sebagaimana yang ditampilkan oleh sinetron ini
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil
judul “Pengaruh Sinetron Putih Abu-Abu
terhadap Perilaku dan Gaya Bahasa Remaja”.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis
kemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: “Bagaimana Pengaruh Sinetron
Putih Abu-Abu terhadap Perilaku dan Gaya Bahasa Remaja”.
2.
Batasan
Masalah
Untuk lebih terarah dan tidak terjadinya kesalahan
dari maksud pembahasan ini, maka penulis perlu mengemukakan batasan masalahnya
sebagai berikut:
a.
Banyaknya remaja yang menonton sinetron Putih
Abu-Abu.
b.
Dampak positif dan negatif bagi remaja yang
menonton sinetron Putih Abu-Abu.
c.
Hal-hal yang menyebabkan remaja meniru perilaku
dan gaya bahasa yang ditayangkan dalam sinetron Putih Abu-Abu.
C. Rumusan Judul
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,
penulis mengangkat judul “Pengaruh
Sinetron Putih Abu-Abu terhadap Perilaku dan Gaya Bahasa Remaja”.
D. Penjelasan Judul
Untuk menghindari kekeliruan dalam
memahami judul proposal ini, maka diperlukan penjelasan arti kata-kata berikut
:
Pengaruh :Daya yang ada atau
timbul dr sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau
perbuatan seseorang: besar sekali -- orang tua terhada watak anaknya.
Sinetron Putih Abu-Abu :Sinetron
sendiri berarti film, pertunjukan sandiwara (drama) dan sebagainya yang
dibuat khusus untuk penayangan di media elektronik. (Tim PPPB, 1991: 944).
Maksudnya adalah suatu acara yang dikemas sedemikian rupa untuk dapat
dilihatkan pada orang banyak. Sedangkan sinetron Putih Abu-Abu merupakan sebuah
sinetron remaja yang ditayangkan di SCTV. Pemerannya antara lain Eza Gionino,
Derby Romero, Febby Rastanti, Ratna Kharisma Adzana, dan banyak lagi.
Diproduksi oleh Screenplay Productions, dengan durasi satu jam setiap hari
mulai pukul 19.00 WIB sebanyak 231 episode.
Perilaku :Tingkah
laku, tanggapan seseorang terhadap lingkungan. Definisi perilaku menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksiindividu yang terwujud
di gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan.
Perilaku menghasilkan sikap dalam arti kata perilaku adalah sesuatu sifat yang ada dalam diri kita yang melahirkan sikap.
Perilaku menghasilkan sikap dalam arti kata perilaku adalah sesuatu sifat yang ada dalam diri kita yang melahirkan sikap.
Gaya Bahasa :Gaya bahasa secara
etimologi berasal dari kata Latin (bahasa Yunani) stilus dikenal dalam retorika dengan istilah style yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin.
Sedangkan secara terminologi, gaya bahasa berarti cara mengungkapkan pikiran
melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis
(pemakai bahasa). (Gorys Keraf, 1984: 112-113)
Remaja :Yang dalam
bahasa aslinya disebut adolescence, yang berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau
tumbuh untuk mencapai kematangan”, baik itu kematangan mental, emosional,
sosial, dan fisik. (Muhammad Ali, 2004: 9). Adapun remaja yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah remaja dengan usia 13 tahun sampai 18 tahun, yakni
siswa-siswa SMP dan SMA.
Jadi, yang penulis maksud dengan judul
penelitian ini adalah bagaimana tayangan sinetron Putih Abu-Abu memberikan
pengaruh terhadap perilaku dan gaya bahasa remaja usia sekolah tingkat SMP dan
SMA.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan
Penelitian
a.
Untuk mengetahui seberapa banyak remaja yang
menonton sinetron Putih Abu-Abu.
b.
Untuk mengetahui dampak positif dan dampak
negatif apa saja yang timbul dari remaja yang menonton sinetron Putih Abu-Abu.
c.
Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang
menyebabkan remaja meniru perilaku dan gaya bahasa yang ditayangkan dalam
sinetron Putih Abu-Abu.
2.
Kegunaan
Penelitian
a.
Memenuhi tugas MID Semester V dalam mata kuliah
Metode Penelitian
Media.
b.
Untuk menambah pengetahuan penulis dalam bidang
penelitian, terutama dalam keilmuan yang berkaitan dengan komunikasi, khususnya
isi media.
c.
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang pengaruh
yang bisa timbul dari diri remaja setelah menyaksikan tayangan televisi.
d.
Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan akibat yang muncul pada diri seseorang setelah
menyaksikan tayanagan televisi.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad, dkk, Psikologi Remaja Peserta Didik, Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2004.
Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu
Komunikasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1998.
Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1984.
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi
Komunikasi¸ Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2007.
Soyomukti, Nurani, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2010.
Tim PPPB, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Jakarta: Balai Pustaka, 1991.