A.
QS.
Ali-Imran (3):190-191
Artinya; Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan semua ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka lindungilah kami dari siksa neraka. (Departemen
Agama RI, 2005: 75)
Asbabun
Nuzul
Imam
Tabrani dan Ibn Abu Hatim meriwayatkan sebuah hadits dari Ibn Abbas, “bahwa
orang-orang Quraisy pernah datang kepada orang-orang Yahudi lalu bertanya, “Mu’jizat
apakah yang dimiliki oleh Nabi Musa sewaktu dtang kepadamu?” Orang-orang Yahudi
menjawab, “Tongkat dan tangannya yang tanpak putih bercahaya bagi orang-orang
yang melihatnya”
Kemudian
mereka mendatangi orang-orang Nasrani dan bertanya pada mereka, “Bagaimana
mu’jizat Nabi Isa itu?” Jawab mereka, “Ia dapat menyembuhkan orang buta,
menyembuhkan orang berpenyakit sopak, dan dapat menghidupkan orang mati.”
Selanjutnya
orang-orang Quraisy itu mendatangi Nabi SAW seraya berkata.
“Do’akanlah
kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia mengubah bukit Safa menjadi emas.” Nabi SAW
pun berdo,a kepada Allah SWT, kemudian turunlah ayat inna fi khalqis samawati wal ardh dan seterusnya. (lihat Al Maraghi, 1993: 288)
1.
Penjelasan
dan Munasabah Ayat
Al Maraghi menafsirkan ayat diatas bahwa dalam tatanan
langit dan bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaannya juga dalam
silih bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat
kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh dan cara berpikir kita karena
pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dsb, merupakan tanda dan bukti yang
menunjukkan keesaan Allah, kesempurnaan pengetahuan, dan kekuasaan-Nya. (Al
Maraghi, 1993: 288)
Lebih lanjut, Al Maraghi mengartikan kata Ulul Albab
sebagai orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah darinya,
mengambil hidayah darinya, menggambarkan keagungan Allah dan mau mengingat
hikmah akal dan keutamaannya, di samping keagungan karunia-Nya dalam segala
sikap dan perbuatan mereka, sehingga mereka bisa berdiri, duduk, berjalan, dsb.
Selanjutnya, mereka mau memikirkan tentang kejadian di
langit dan bumi beserta rahasia-rahasia dan manfaat yang terkandung di
dalamnya, yang menunjukkan kepada ilmu yang sempurna. Dan sesungguhnya
penuturan dzikir di sini, hanyalah mengenai makhluk Allah. Hal itu karena ada
larangan memikirkan zat sang pencipta, karena mustahil seseorang akan bisa
sampai kepada hakekat zat sifat-sifat-Nya.
2.
Kandungan Ayat
Menurut ayat ini,
bahwa umat manusia diperintahkan untuk senantiasa mau memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi serta rahasia-rahasia yang ada di dalamnya, agar
manusia
3.
Kaitan dengan Komunikasi
·
Seorang komunikator dan komunikan haruslah memikirkan tentang
kebesaran Tuhan dan senantiasa mengingat
B.
QS. Al-Hajj
(22):46
Artinya: Maka tidak pernahkah mereka berjalan di
bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami atau telinga mereka dapat
mendengar? sebenarnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati
yang di dalam dada. (Departemen Agama RI, 2005: 337)
Penjelasan dan Munasabah Ayat
Menurut Al Maraghi, tafsiran ayat ini yaitu, “apakah
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan mengingkari kekuasaan-Nya itu
tidak mengadakan perjalanan di dalam negeri, lalu memperhatikan bekas para
pendusta rasul Allah yang telah lalu sebelum mereka, seperti kaum ‘Ad, Samud,
Lut, dan kaum Syu’aib, apakah mereka tidak melihat bekas negeri dan tempat
tinggal umat-umat itu, tidak mendengar berita tentang mereka, lalu berfikir
tentang berita itu dan mengambil pelajaran, sehingga mereka dapat mengambil pelajaran dari sejarah itu, kembali kepada
Tuhan mereka dan memahami hujjah-Nya yang telah Dia bentangkan di ufuk. (Al
Maraghi, 1993: 215)
Selanjutnya, Allah menjelaskan bahwa mereka tidak bisa diharapkan untuk
beriman, karena hati mereka telah buta, sehingga tidak dapat melihat
dalil-dalil kauniyah dan tidak pula dalil-dalil aqliyah, sekalipun penglihatan
mata mereka sehat dan tidak buta, tetapi hati mereka yang buta. Padahal yang
dijadikan landasan untuk daat melihat hujjah Allah adalah mata hati, bukan mata
kepala.
C.
QS.
al-Zumar (39): 9
Artinya: (apakah kamu orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu malam dengan sujud dan
berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. (Departemen Agama RI, 2005: 459)
Penjelasan dan Munasabah Ayat
Penjelasan ayat ini yaitu, “apakah kamu hai orang
musyrik, lebih baik keadaan dan nasibmu dari pada orang yang senantiasa
menunaikan ibadah, ketaatan, dan selalu melaksanakan tugas-tugas ibadahnya pada
malam hari, sehingga ibadah di waktu itu lebih dekat untuk diterima, sedang
orang itu dalam keadaan takut dan berharap ketika beribadah”. Artinya, apakah
orang yang taat itu sama dengan orang yang berbuat maksiat. (Al Maraghi, 1993:
278)
Lebih lanjut, Al Maraghi mengungkapkan bahwa Allah SWT.
menegaskan tentang tidak ada kesamaan di antara keduanya dan memperlihatkan
tentang keutamaan ilmu dan betapa mulianya beramal berdasarkan ilmu dan
sesungguhnya yang dapat mengambil pelajaran dari hujjah-hujjah Allah dan dapat
mengerti nasehat-Nya dan dapat memikirkan-Nya, hanyalah orang-orang yang
mempunyai akal dan pikiran yang sehat, bukan orang-orang yang bodoh dan lalai.
Artinya, yang mengetahui perbedaan antara orang yang tahu dan tidak tahu
hanyalah orang yang mempunyai akal pikiran yang sehat, yang dipergunakan untuk
berpikir.
D.
QS.
al-Ra’du (13): 19
Artinya: Adakah orang yang mengetahui bahwasanya
apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu itu adalah kebenaran, sama dengan orang
yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.
(Departemen
Agama RI, 2005: 252)
Penjelasan dan Munasabah Ayat
Penjelasan ayat ini yaitu, “tidaklah sama orang yang mengetahui bahwa apa
yang diturunkan Allah kepadamu adalah yang haq, dan tidak ada keraguan di
dalamnya, dengan orang yang tidak mengetahuinya. Dia adalah orang buta yang
tidak mengikuti dan tidak memahami kebaikan. Dan kalaupun memahaminya, ia tidak
akan tunduk kepadanya, dan tidak pula membenarkannya, maka dia tetap bingung di
dalam kegelapan, kebodohan, dan ketidaktahuan.
Qatadah mengatakan, mereka adalah kaum yang memanfaatkan perintah Allah
yang mereka dengar, pahami, dan hayati, sedangkan yang lain seperti orang buta
yang tidak dapat melihat dan tidak pula dapat memahami kebenaran. Dan hanyalah
orang-orang yang berakal sehat dan berakal sehat saja yang dapat mengambil
pelajaran dari perumpamaan ini dan dapat memahami hakekat serta rahasianya. (Al
Maraghi, 1993: 168)
INI BAGUS SEKALI
BalasHapusCasinos Near Harrisburg, PA - Mapyro
BalasHapusCasinos Near Harrisburg, Pennsylvania. 2.2 Million Casino 수원 출장안마 Slots Machines. 속초 출장마사지 2.6 Million Casino 창원 출장마사지 Table Games. 광양 출장마사지 1.8 Million Video 경산 출장마사지 Poker Machines. 1.8 Million Video Poker Tables. 1.8 Million Video